21 July 2009

Pulang (#1)

Setelah beberapa waktu,kusempatkan mengisi long weekend 18-19-20 Juli 2009 ini untuk sejenak menghela nafas segar di kedamaian tempatku lahir.

Di tempat ini, ya, tepatnya 26 tahun lalu aku lahir ke muka bumi. Tempat ini, sebuah desa di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, desa yang terengah-engah mengikuti kemajuan jaman. Roda kehidupan berjalan lambat, karena memang jalan yang mesti dilalui oleh warganya amatlah penuh dengan rintangan.

1991, baru pada tahun ini desa kami bisa menatap dunia luar dengan sesungguhnya. Sebuah jembatan di atas Sungai Citanduy yang keruh menghubungkan wilayah kami dengan tatar Sunda. Harus kami akui bahwa perekonomian desa kami sangat tergantung kepada sistem produksi, distribusi maupun pemasaran dari dan ke daerah Ciamis di Jawa Barat. Hal yang sangat wajar, mengingat desa kami berada di ujung barat daya wilayah kabupaten Cilacap, kabupaten terluas di wilayah Jawa Tengah dan memang sangat luas sehingga terjadi ketidakmeratanya pembangunan di wilayahnya. Sehingga lebih masuk akal bagi kami untuk berinteraksi secara ekonomi dengan daerah Ciamis yang lebih dekat secara geografis.

Desa kami bernama, Sidamukti, dalam ejaan jawa halus barangkali akan menjadi Sidomukti, namun dengan dialek khas Banyumas yang tidak mengenal pengucapan “o” untuk huruf “a” maka jadilah nama desa kami Sidamukti. Sida=jadi, mukti=mulia/sejahtera. Nama yang mengandung isyarat doa yang sangat mulia, harapan yang sangat tinggi untuk masa depan. Belum pernah saya mencoba mengorek mengenai sejarah desa ini, yang terang sejak saya mengenal dunia, nama ini yang kukenal.

Sawah datar yang sangat luas, menghampar memenuhi hamper 2/3 wilayah desa ini. Sawah yang menghasilkan pada pada musim panen ini menjadi menjadi tumpuan hidup lebih dari 4000 warganya.




Mayoritas warga masyarakat di desa ini memang menyandarkan hidupnya pada hasil menanam padi. Sawah, sawah, dan sawah, hamparan luas lahan itu yang memberi kami makan.

(bersambung) Read More..

Search Box