12 May 2010

Bangka, a part of "The Indonesian Tin Belt"

Bumi Serumpun-Sebalai, begitu orang Bangka menyebut pulau yang mereka tinggali, memiliki keunikan dan ke-khas-an yang tak dipunyai daerah lain. pantai di pulau ini yang hampir semuanya tertutup pasir putih, bagai hamparan kapas tampak dari ketinggian, bertabur titik-titik keperakan batu granit yang tersiram cahaya matari. sungguh lukisan yang menakjubkan...

dibalik buminya yang indah, Bangka menyimpan potensi alam yang luar biasa berupa kandungan biji timah yang melimpah, bahkan bisa dibilang setiap jengkal tanahnya mengandung biji timah, Subhanallah...

Timah ini pula yang mengundang bangsa-bangsa asing pada masa lalu menjadikan Bangka sebagai pusat penambangan timah di Asia Tenggara. Daerah kepulauan Bangka Belitung sering disebut sebagai "The Indonesian Tin Belt", yang merupakan bagian dari sabuk timah Asia Tenggara.

Penambangan timah di Pulau Bangka telah berlangsung ratusan tahun lalu, dan sampai sekarang timah tetap menjadi primadona penghasilan masyarakat, seiring dengan dilegalkannya tambang timah rakyat. Dahulu penambangan timah hanya dikuasai oleh beberapa perusaan saja, terbesar PT. Timah, namun kini bermunculan beberap perusahaan kecil dan tentunya kelompok2 masyarakat yang menambang timah secara mandiri bekerja dalam kelompok 2kecil.


*hamparan ladang tambang timah rakyat*

Penambangan timah oleh perusahaan2 dan masyarakat yang cenderung kurang terkontrol ini, pada beberapa sisi memunculkan efek yang dilematis. cerukan2 besar bekas tambang -masyarakat setempat menyebutnya kolong- cenderung lebih banyak yang dibiarkan terbuka dan terbengkalai, namun ada beberapa orang yang justru menganggap kolong 2 besar ini bermanfaat sebagai tempat penampungan air hujan. tapi entah apakah ini sebanding dengan pepohonan yang harus rela mati demi terkeruknya biji timah???


*menjaga mesin pompa air tetap bekerja*

*penambang rakyat*

*memisahkan biji timah*

Penambang2 rakyat yang bekerja berkelompok, menggunakan peralatan yang sederhana untuk menambang timah dari bumi Bangka. Mulai dari mengeruk pasir yang mengandung biji timah, memompa air untuk mencuci dan memisahkan biji timah dari pasir, sampai mengumpulkan biji timah, dilakukan dengan kerjasama beberapa orang. biji timah yang terkumpul dijual pada pengepul dari beberapa perusahaan yang sudah menunggu, dengan harga yang sangat fluktuatif.

naik turunnya harga timah dunia sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian masyarakat Bangka, harga timah yang tinggi akan (sangat) meningkatkan daya beli masyarakat, sebaliknya apabila harga timah dunia turun, perekonomian masyarakat juga cenderung lesu.

*biji timah*

*hasil hari ini*

Ada beberapa hal yang menggelitik penulis, timah sebagai sumber penghaslan merupakan barang yang tak terbarukan, sampai pada suatu saat nanti kandungan biji timah di bumi Bangka akan semakin menipis dan habis, lalu apa lagi yang diharapkan dikeruk dari bumi Bangka.

Seandainya sampai saat ini semua masih baik-baik saja, lebih karena Tuhan membekali bumi Bangka dengan kandungan timah yang melimpah, tapi apakah karena itu membatasi kearifan berpikir kita untuk mengeruknya secara lebih bijak??

Semoga Bangka, pada masa datang, tetap menjadi bumi yang indah dengan segale pesonanya, dan kesadaran bahwa keindahan alam Bangka jauh lebih berharga dari kandungan rupiah berupa biji timah di dalamnya.

(12 mei 2010, save our earth)

2 comments:

  1. mantab juragan....keep posting

    ReplyDelete
  2. hayuuu juragan , perbanyak equipment, biar saya bisa belajar dari sampeyan....

    ReplyDelete

Search Box