Malem ini, kalo orang di daerah Banyumas dan sekitarnya pasti tau "malam towong", malam sebelum hari H hajatan...perumpamaan itu barangkali yang tepat buat bilang klo malam ini adalah "malam towong"-nya Pemilu. Tepat, pesta demokrasi yang benar2 "pesta" dalam arti sesungguhnya, karena hajatan demokrasi ini benar2 telah menjadi komoditas yang luar biasa nilainya, ibarat "pesta" pernikahan yang begitu glamour.
Saya jujur bukan orang yang tertarik dengan Pemilu, bahkan kalo boleh dibilang "apatis", cuma saya juga tak pernah benar2 menutup mata. jadi entah unek2 ini akan dibaca orang atoe ga...sekedar tulisan sambil nunggu macet.
Beberapa hari lalu saya ikut diskusi dengan narasumber dari satu NGO pengamat korupsi paling top di negeri ini, dan EO-nya adalahi salah satu organnya UN, diskusi itu bertema "Corruption and Ellection". dua hal yang mau ga mau akan selalu saling terkait.
Korupsi, hal "najis" yang semua orang waras pasti bilang "jijik", meskipun barangkali kita, atau tepatnya saya, seringkali menyentuh "barang najis" itu, dalam level sekecil apapun.
Pemilihan Umum, nah ini dia yang seringkali menjadi jembatan bagi terwujudnya perbuatan najis korupsi tadi...saya liat bagai apa yang banyak orang bilang, lingkaran setan, biadab!!!!
Saat pemilu ini, terciptanya pijakan awal bagi rangkaian korupsi tadi, donasi2 yang diberikan bagi peserta Pemilu, baik Partai maupun kandidat legislatif, menjadi semacam down payment yang akan ditukar dengan lembaran2 "konsesi", "kontrak", "proyek" dan berbagai macam "imbalan" lain, tentunya yang akan didapat donatur saat partai/caleg yang disumbangya terpilih.
Saya memang belum bisa membuktikan hal itu benar2 terjadi (atau barangkali ada yang bisa bantu saya??), tapi itulah yang saya tangkap sejak saya "ngeh" dengan yang namanya berita dan peristiwa.
Donasi2 (tendensius) seperti tadi yang akan membuat birokrasi cenderung mudah dipolitisasi....bah!!!!
tentunya muasalnya dari konsesi dkk yang dijanjjikan tadi.
Kalo inget2 pelajaran sejarah dulu (kalo ga keliru), dalam teori tentang pembentukan negara dikenal adanya "du contract social", dimana masyarakat saling mengikatkan dirinya dalam perjanjian untuk mewujudkan cita2 bersama....
ga tau nyambung ga, tapi di negeri tercinta ini, politisi dan orang kita begitu bangga dengan istilah (lagi2 bagh!!!!)...."kontrak politik".....yang seolah2 para calon pemimpin bangsa ini hanya membvuat kontrak dengan segelintir konstituennya saja, dan itupun belum tentu terwujud, ahhhh....
Balik ke saya, sampai detik saya menulis note ini, saya belum punya pilihan apa dan siapa yang akan saya contreng...atow kah saya harus bangga dengan menjadi gol***t....
(hanya unek2 saya yang apatis...."
No comments:
Post a Comment