09 April 2010

Merokok, Tabu-kah???

Sejak sekitar 1000 tahun sebelum masehi, warga asli benua Amerika (Indian, Maya, Aztec) sudah menghisap tembakau pipa atau bahkan mengunyahnya, sampai saat kedatangan rombongan penjelajah Columbus ratusan tahun kemudian yang membawa tembakau ke ‘peradaban’ Eropa. Perdagangan tembakau sendiri sudah dimulai sejak tahun 1600-an, dan tetap menjadi komoditas perdagangan yang menggiurkan hingga detik ini.

Hingga ratusan tahun kemudian setalah muhibah Columbus ke benua yang baru ditemuinya, rokok telah menjadi komoditas bisnis dan konsumsi yang sangat menggiurkan bagi para pelaku bisnisnya dan sangat dicari bagi para penikmatnya. DI Indonesia sendiri, meski ada beberapa cerita yang mengatakan bahwa rokok telah ada sejak jaman Majapahit, namun sejarah rokok (terutama kretek)di negeri ini tidak bisa dilepaskan dari sebuah kota kecil di timur Jawa Tengah yaitu Kudus, dan sampai detik ini bahkan kota tersebut terkenal dengan sebutan Kota Kretek.

***

Sehari-hari sudah sangat lazim kita temui teman, tetangga, teman kantor, teman se-angkot, atau siapapun menghisap lintingan tembakau di sekitar kita. Tiada mengenal usia, gender, apalagi SARA, rokok telah menjadi semacam kebutuhan bagi ‘pecandu’-nya. Rokok yang dihisap oleh para pelajar, umumnya usia SMP atau SMA , juga bukan lagi hal yang tabu, juga oleh para wanita, bahkan rokok kini menjadi semacam gaya hidup bagi bagi muda-mudi dalam bergaul.



Lalu apakah rokok itu menguntungkan atau merugikan??pertanyaan seperti ini akan menjadi sangat komplek apabila dipandang dari berbagai sudut pandang, produsen dari hulu sampai hilir, distributor, konsumen, Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan pemungut “upeti”. Tidak dapat dipungkiri kalau industri rokok melibatkan berbagai sektor, mulai dari petani, industri kertas, sampai kenyataan bahwa industri rokok menyerap tenaga kerja yang masif. Hal ini ditambah lagi apabila dilihat dari proses distribusi rokok sendiri, contohnya rokok merek GG yang diproduksi di Kediri menjadi barang yang sangat dicari di Aceh Jaya –pengalaman penulis mencari barang tersebut di Calang, Aceh Jaya-.

Rokok juga memiliki kedudukan “mulia” dalam APBN sebagai penyumbang penerimaan cukai terbesar. Pada tahun 2010 ini saja, proyeksi penerimaan cukai rokok dan tembakau diperkirakan mencapai 55,3 triliun rupiah, bandingkan dengan proyeksi penerimaan cukai selain rokok dan tembakau yang “hanya” 3 triliun rupiah. Hal ini tentunya menempatkan rokok sebagai komponen penyumbang penerimaan negara yang cukup strategis. Belum lagi banyaknya sektor lain yang mendapatkan keuntungan dari adanya industri rokok dan tembakau.

Kemudian dengan sedemikian besarnya keuntungan dari rokok tersebut, bagaimana dengan efek negatif yang ditimbulkannya?

Berbagai sumber mengatakan bahwa, rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun yang dominan pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu Kanker Paru yang mematikan. Sedangkan karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok memiliki risiko kesehatan yang lebih besar dibanding yang tidak mengisap asap rokok.



Kenyataan klinis di atas masih ditambah dengan beberapa hal yang melibatkan keyakinan tertentu. Ada ormas agama tertentu yang menyatakan bahwa merokok adalah haram, bahkan berita beberapa hari ini dihebohkan oleh pernyataan yang menyatakan bahwa dalam busa filter rokok terdapat hemoglobin babi!!soal kebenarannya, wallaahu a’lam bishshawab

Beberapa hal di atas nyatanya belum mampu membuat sebagian dari kita berhenti merokok, termasuk penulis sendiri yang sampai beberapa waktu lalu masih menghisap racun nikmat tersebut. Dan Alhamdulillah, dimulai akhir 2009, penulis bisa menghentikan kebiasaan itu, dan semoga tetap tidak tertarik, hohohoooo…

Pengalaman penulis, berhenti merokok bukan hal yang susah-susah amat, “asal ada niat dari pelakunya”, aha…terlepas dari factor bahwa saya bukan pecandu, hanya penikmat. Namun beberapa kawan –yang sudah mencapai level ahli hisap- menuturkan bahwa kebutuhan akan rokok sudah mutlak, bahkan ada ujar-ujar lebih baik ga makan daripada tida’ merokok, alamakkkk…. Sampai-sampai penulis pernah bertemu sseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai Muslim berpuasa di bulan Ramadhan dengan alasan “kalau ga makan minum saya kuat, tapi kalau merokok itu yang ga nahan”.

Sungguh rokok telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, setidaknya di negeri tercinta ini….

PS: tulisan ini pendapat pribadi, bukan tulisan ilmiah, data2 dan gambar didalamnya didapat dari berbagai sumber , tidak saya lampirkan sumbernya dan disusun secara serabutan terserah saya, tanpa kaidah akademis apalagi metode penulisan normatif ‘mistis’ sekalipun. Maturnuwun….

“Peringatan Pemerintah: Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi, Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin”

4 comments:

  1. bukan pecandu, hanya penikmat he..he.. congrat om dah bisa berhenti merokok & setuju sekali klo berhenti merokok bukan hal yang susah-susah amat, “asal ada niat dari pelakunya”. Innamal a'malu binniat (klo gak salah) dengan kata lain niat pangkal seluruh aktivitas. Ikut comment terus biar bisa belajar nulis kayak si om .. (*_^)

    ReplyDelete
  2. betul pak, saya dari dulu merokok, aktif, berhenti, aktif, berhenti, aktif, tapi Insya Alloh sekarang semoga bisa selamanya berhenti.
    whahahaaa...pak wiro bisa aja, ini mah bukan tulisan yang gimana2 pak, sekedar corat caret aja, pas lagi luang, kerjaan agak slow, ya iseng2...

    ReplyDelete
  3. hebat mas! salut. saya masih terus2an mencoba untuk berhenti. tapi niat berenti itu hanya sekedar berenti membeli. hahhaha..
    klo ada yang lagi ngerokok., ya minta :P

    ReplyDelete
  4. tu namanya "mengurangi" rokok rif, punya kawan lae, hahahaaa....
    tapi memang, benar2 butuh komitmen, aku aja ga tau sampe kapan berhenti merokok, setidaknya saat ini aku ga ngerokok.

    ReplyDelete

Search Box