Walaupun Indonesia terkaya di dunia, tetapi selama sains tiada merdeka, seperti politik negaranya, maka kekayaan Indonesia tidak akan menjadikan penduduk Indonesia senang, melainkan semata-mata akan menyusahkannya, .... (Madilog, Tan Malaka)
04 August 2010
Bekerja, Harapan dan Kesenangan
Tiga hari terakhir, aku terdampar di sebuah kota di pesisir timur Borneo, untuk kedua kalinya setelah tahun 2008 lalu, Balikpapan. Bukan untuk berlibur, kedua-duanya untuk bekerja, kalau ada teman bertanya jawaban yang keluar adalah "ada gawean kantor", ahhh klise memang.... Dua tempat kerja yang berbeda yang mengirimku kesini, memberikanku kesempatan untuk setidaknya menengok sisi negeri yang lain, meskipun tidak untuk bersenang-senang, namun sedikit banyak memberikan kesegaran akan hal-hal yang baru kutemui.
Beberapa tahun lalu, tepatnya saat-saat kuliah dulu, sebersit keinginan timbul bahwa aku akan bekerja semata-mata untuk kesenangan belaka, sekedar menikmati hidup. Waktu itu ingin kubiarkan kaki melangkah mengikuti keinginan, goin' where the wind blows kata Mr.Big. Keinginan itu banyak dipengaruhi oleh hasrat yang terbatas pada masa-masa kuliah, terbatas waktu, biaya, maupun kewajiban menyelesaikan kuliah.
Sesaat setelah mengalami sendiri memeras keringat, sedikit demi sedikit mataku terbuka, bahwa hidup ini benar takkan bisa semau sendiri, terlalu banyak faktor yang mempengaruhi manusia yang katanya mahluk sosial untuk menjadi egois, setidaknya begini pemikiranku.
"ra iso ngono dul, urip yo kudu di plening bener-bener, ra bisa sa karepmu...", masih teringat kata-kata seorang temen lama yang berhenti kuliah untuk bekerja, dengan logat khas jawa timuran. Lalu saat-saat pertama berada di kota ini, selepas lebaran empat tahun lalu, benar-benar menjadi saat-saat aku mulai membuka mata, bahwa hidup ini begitu berwarna.
Sampai kini, dengan kesibukan yang tak terlalu sibuk di tempat kerja, dan sampai saatnya pula kuputuskan memiliki keluarga dengan seorang istri yang luar biasa, yang sedang mengandung calon anak kami. Selama ini pula aku masih belajar mengenai tanggung jawab, sebagai lelaki, sebagai seorang suami, dan sebentar lagi (Insya Alloh) menjadi seorang ayah. Tanggung jawab tidak hanya untuk diri ini sendiri, tapi untuk semua manusia yang telah kulibatkan dalam kehidupanku, keluarga dan kawan-kawan. Tanggung jawab untuk menjadi manusia yang bisa menikmati hidup tanpa harus melupakan kehidupan lain yang ada di sekitarnya.
Terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku, akan selalu kunikmati sebagai bagian dari pewarna yang akan membuat hidup ini makin indah. Berusaha pula menganggap segala tugas, beban sebagai kesenangan hidup. Menjalaninya dengan senyum dan tawa, sesulit dan semudah apapun itu. Maxim Gorky merumuskan hal ini dengan sangat baik, “Ketika pekerjaan adalah sebuah kesenangan, kehidupan ini akan menjadi sebuah kegembiraan. Ketika pekerjaan berarti sebuah tugas, kehidupan ini menjadi sebuah perbudakan”.
Pekerjaan, tidak bisa tidak, bagi sebagian orang, bahkan kadang saya masih belajar untuk tidak, masih menjadi beban belaka dalam hidupnya. Bahkan ada yang memutuskan tidak bekerja -dalam arti formal-, tidak terikat dengan kewajiban-kewjiban dari kantor, memilih pekerjaan bebas yang baginya bisa menimbulkan kenikmatan hati. Namun di sisi lain, banyak pula pekerjaan yang memang menjadi keharusan, seberat apapun pekerjaan itu, keharusan untuk sekedar menyambung hidup.
*foto diambil di Kota Tua, Jakarta*
Sampai saat harus kuselesaikan semua pekerjaan ini, dengan sedikit keluhan manusiawi, masih kukenang sebagai sebuah kesenangan dalam hidup.
*Balikpapan, 5 Agustus 2010*
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
pertamax
ReplyDelete─▀██▀─▄███▄─▀██─██▀██▀▀▀█ ──██─███─███─██─██─██▄█ ──██─▀██▄██▀─▀█▄█▀─██▀█ ─▄██▄▄█▀▀▀─────▀──▄██▄▄▄█ "IT"....
wahahaaaa...keduaXXX, thanks pakbro...
ReplyDeletebekerja dgn hati = tanggal muda...
ReplyDeletebekerja dgn keluhan = tanggal tua
*gajian v.s deadline laporan*
sukur selalu tanggal muda, hohohooo....
ReplyDelete